Saham MAPI Ambles Nyaris 10%, Gegara Aksi Boikot yang Masih Terjadi?
Thursday, May 02, 2024       13:40 WIB

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten perdagangan ritel pakaian, sepatu, aksesoris, tas, peralatan olah raga, dan lain-lainnya yakni PT Mitra Adiperkasa Tbk () terpantau ambles pada perdagangan sesi I Kamis (2/5/2024), di tengah dampak dari gencarnya aksi boikot.
Per pukul 10:59 WIB, saham ambruk 9,21% ke posisi Rp 1.430/saham. Saham pada perdagangan sesi I hari ini diperdagangkan di kisaran Rp 1.420 - Rp 1.575 per saham.
Dalam sepekan terakhir, saham terpantau ambles 13,13%. Sedangkan dalam sebulan terakhir saham juga ambruk 19,83%. Sepanjang tahun ini, merosot hingga 18,72%.
Saham pada sesi I hari ini sudah ditransaksikan sebanyak 4.948 kali dengan volume sebesar 23,93 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 34,97 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 23,74 triliun.
Hingga pukul 10:59 WIB, di order bid atau beli, pada harga Rp 1.400/saham, menjadi antrean beli terbanyak di sesi I hari ini, yakni mencapai 4.238 lot atau sekitar Rp 593 juta.
Sedangkan di order offer atau jual, pada harga Rp 1.435/saham, menjadi antrean jual terbanyak di sesi I hari ini, yakni mencapai 7.011 lot atau sekitar Rp 1 miliar.
Saham masih terdampak dari aksi boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi Israel, sehingga aksi boikot tersebut membuat perseroan semakin sulit untuk berekspansi.
Salah satu  brand  minuman Grup yakni Starbucks, di mana masyarakat RI saat ini masih melakukan aksi boikot terhadap produk Starbucks.
Adapun, menggenggam 79% saham PT Map Boga Adiperkasa Tbk (), perusahaan ritel yang mengelola Starbucks Indonesia. Sepanjang tahun 2023, mencatatkan laba bersih Rp 1,89 triliun, turun 10% dari raupan setahun sebelumnya Rp 2,11 triliun.
Seperti diketahui, konsumen di Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim, telah gencar melakukan merek-merek AS sejak dimulainya serangan Israel di Gaza pada bulan Oktober lalu. Merek-merek tersebut, termasuk Starbucks, KFC dan Pizza Hut, menjadi sasaran karena dukungan Washington terhadap Israel.
Padahal, merek-merek ternama itu telah menekankan netralitas mereka dalam konflik tersebut. Perusahaan-perusahaan yang mengoperasikan merek-merek tersebut dengan model waralaba juga menekankan bahwa bisnis makanan cepat saji adalah milik dalam negeri.
Tidak hanya di RI, waralaba Starbucks di Malaysia juga merasakan dampaknya. Berjaya Food, yang mengoperasikan Starbucks di negara tersebut, bulan lalu melaporkan kerugian bersih sebesar RM42,6 juta dalam tiga bulan terakhir tahun 2023, dibandingkan laba bersih sebesar RM35,5 juta satu tahun sebelumnya.
Taipan Malaysia Vincent Tan, yang mendirikan perusahaan induk Berjaya Food, menyebut boikot tersebut "tidak perlu dilakukan" pada bulan Maret.
Namun, kepala konsumen dan internet di Aletheia Capital Nirgunan Tiruchelvam, mengatakan gerakan boikot kemungkinan akan terus berlanjut seiring berlanjutnya agresi militer Israel terhadap Gaza. Mengutip Financial Times, konsumen pada akhirnya mungkin mulai kehilangan tenaga, namun untuk saat ini kampanye masih berjalan "berjalan lancar."
Tak hanya itu saja, General Atlantic telah menghentikan upaya penjualan saham bernilai jutaan dolar di perusahaan-perusahaan yang mengoperasikan merek makanan cepat saji asal Amerika Serikat (AS) di Indonesia dan Malaysia juga menekan kinerja .
Mengutip Financial Times, General Atlantic telah menghentikan penjualan 20% sahamnya di pengelola Starbucks di Indonesia pada Desember 2023. Hal itu diungapkan oleh dua orang sumber yang mengetahui situasi tersebut. Adapunkapitalisasi pasar bernilai sekitarRp 4,73 triliun yang berarti porsi kepemilikan General Atlantic nyaris mencapai Rp 1 triliun.
"Mustahil untuk menjual saham sebagai peluang pertumbuhan ketika penjualan sedang menurun, rencana ekspansi diperkecil, karyawan dirugikan di toko-toko dan tidak ada tanda-tanda boikot akan berakhir," kata seseorang yang mengetahui strategi General Atlantic, dikutip dari FT, Selasa (30/4/2024).
 Sanggahan:   Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut. 
(chd/chd)

Sumber : www.cnbcindonesia.com

powered by: IPOTNEWS.COM


Berita Terbaru

Friday, May 17, 2024 - 09:08 WIB
Benteng Api Technic (BATR) IPO, Buka Harga Rp 100-115
Friday, May 17, 2024 - 09:06 WIB
Hasil RUPS Tahunan Mei 2024 TOTL
Friday, May 17, 2024 - 09:05 WIB
Jadwal Dividen Adaro (ADRO) Keluar
Friday, May 17, 2024 - 09:03 WIB
Xolare (SOLA) Rampungkan Proyek PLTS di Raja Ampat
Friday, May 17, 2024 - 09:01 WIB
Mau Delisting, Emiten Grup Salim (META) Balikkan Rugi Jadi Laba
Friday, May 17, 2024 - 08:59 WIB
MIDI Tebar Dividen Tunai Sebesar Rp155,47 Miliar
Friday, May 17, 2024 - 08:59 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham BMRI, Beli
Friday, May 17, 2024 - 08:57 WIB
Kuartal I, WOM Finance (WOMF) Catatkan Kinerja Positif
Friday, May 17, 2024 - 08:57 WIB
Harga Naik Tak Biasa, Saham NETV Dalam Pemantauan BEI
Friday, May 17, 2024 - 08:57 WIB
Hasil RUPS Tahunan dan Luar Biasa Mei 2024 KRYA